Jumat, 22 Agustus 2014

Moderator : Combination of Listener and Speaker

Detik-detik terakhir ku di kampus aku diberikan kesempatan menjadi moderator di acara penyambutan mahasiswa baru. Ini pertama kalinya aku menjadi moderator. Dalam beberapa forum yang pernah aku isi, aku selalu menjadi pemateri yang bisa dibilang merupakan center of attention. Maka ketika kesempatan ini ditawarkan kepadaku, tanpa ragu aku mengambilnya.
Pengalaman baru akan menimbulkan antusiasme baru. Begitu pula aku, kesempatan menjadi moderator kali ini jujur saja sempat membuatku mengalami panick attack di pagi hari sebelum aku menjalankan tugasku. Maklum, sudah lama sekali aku vakum dari berbicara di depan forum. Hehe.

Googling tips moderator, mempelajari CV narasumber, mempersiapkan baju yang akan dikenakan aku lakukan dengan antusias. Perlu diketahui aku orang bergolongan darah A, yang mempunyai sifat dasar "semua harus direncanakan dengan baik". Terutama untuk hal-hal yang aku minati. Aku berkali-kali berlatih mengucapkan kata pengantar, mencoba beberapa jenis kalimat tanggapan, memikirkan kata penutup yang luar biasa untuk akhir sesi, dan berusaha meringkas CV narasumber agar terdengar lebih luwes dalam mengenalkan narasumber.

Aku lupa satu hal pada titik ini, aku bukanlah "pusat" dari sesi ini. Aku hanya membantu memandu, dan spontanitas seharusnya lebih diutamakan. Apalagi sesi yang aku pandu merupakan sesi talkshow inspiratif dimana yang akan dijadikan materi adalah kisah hidup narasumber itu sendiri. Maka disinilah letak kekeliruanku sebagai moderator.

Sumber : http://netmediainfo.blogspot.com
Aku tidak tahu apakah selama sesi berlangsung, para peserta atau pembicara menyadari kesalahan atau keanehan omonganku. Joke yang gagal, salah menanggapi, menjadi gugup karena waktu mulai yang ngaret tapi panitia meminta sesi tetap selesai sesuai jadwal, ah rasanya aku gagal. Haha. :D

Maka dari itu aku ingin mencoba memberikan beberapa tips ketika kita diminta menjadi moderator acara :
1. Just be confident and relax. Kita hanya bertugas memandu, isi materi ada di narasumber. Jadi pastikan saja kita rileks dan percaya diri agar tidak tersendat-sendat ketika berbicara untuk memandu dan memberi tanggapan.
2. You have to be a good listener. Jadilah pendengar yang baik agar mampu memberikan tanggapan yang nyambung. :)
3. Don't forget your watch! Gak harus sih, tapi sebagai moderator kita harus mampu memanajemen waktu dengan lebih baik. Bisa juga pakai handphone, tapi nampaknya gak enak dilihat juga kalau buat ngecek waktu kita bolak balik liat HP. Terkesan gak sopan dan seolah tidak mendengarkan narasumber dengan baik. Kamu bisa andalkan time keeper dari panitia, tapi kadang peringatan dari mereka bisa membuatmu panik. Hehe
4. Jangan sungkan mengingatkan pembicara apabila waktu telah habis. Jika kita sungkan, biasanya sesi tanya jawab lah yang menjadi korbannya. Padahal sesi tanya jawab juga penting, agar peserta terlibat aktif dalam sesi.
5. Lebih baik lemparkan joke secara spontan. Umumnya joke ini perlu untuk mencairkan suasana agar peserta tidak bosan. Tapi jika kita sadar bahwa kita orang yang agak susah bercanda tawa secara spontan, siapin satu dua joke sebelum sesi.

Semoga tips tadi cukup melengkapi berbagai tips lain dari sumber lain yang terlebih dahulu ada di dunia maya. :) Satu pelajaran lagi di luar tips teknis tadi, jangan ragu untuk mengambil kesempatan berbicara di depan forum jika ingin memiliki kemampuan public speaking yang baik. Public speaking butuh jam terbang, maka ambillah setiap kesempatan yang ada. Don't stop to learn! :)

Rabu, 20 Agustus 2014

My First Trip : Bromo Merah Putih with Sociotraveler

Saya niatnya sih ga mau kualat sama temen sendiri, sama sahabat yang dari awal tahu impian saya buat bisa jalan-jalan dan tahu galaunya saya pas mau ikutan trip ini. Tapi apa mau dikata, daripada saya keburu lupa, saya berbagi duluan sama para pembaca blog di dunia maya sebelum sama dia. Hahaha. (maaf yaa cil...)

Let's start my story...

Saya ini orang yang punya banyak mimpi. Salah satu impian besar saya dalam hidup adalah saya bisa jalan-jalan keliling Indonesia dan keliling Eropa. Untuk mimpi yang satu ini, sering tertunda karena keberanian saya yang masih ciut untuk mewujudkannya. Jalan-jalan yang saya maksud itu, bukan jalan-jalan semacam liburan akhir masa sekolah di SMP dan SMA. Saya pengen jalan-jalan dengan sesedikit mungkin orang yang saya kenal, supaya saya bisa dapet kenalan baru dan membuka wawasan saya.

Menjelang berakhirnya status saya sebagai mahasiswa, ada kesempatan untuk mewujudkan mimpi tersebut melalui salah satu kenalan saya ketika saya masih jadi aktivis di BEM, mas Bayu. Beliau senior saya di kampus. Begitu lihat status facebook beliau tentang trip ke Bromo sekaligus upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia oleh Sociotraveler, saya langsung tertarik. Apalagi ini limited seat. Awalnya saya gak ngeh, apa itu Sociotraveler. Saya pikir ini hanya semacam komunitas yang beliau kembangkan karena beliau suka banget jalan-jalan, dan beliau pengen memberi nilai yang beda dari model jalan-jalan kebanyakan yang cuma seneng-seneng aja, dan kadang ngerusak lingkungan.

Seiring berjalannya waktu dapatlah saya itenerary dari trip ini. Cukup singkat sih, cuma dua hari satu malem. Dan harga dari trip ini lumayan mahal untuk ukuran kantong saya yang sudah bukan mahasiswa tapi belom berpenghasilan sendiri. Setelah saya nanya, ternyata si Sociotraveler ini travel agent profesional. Saya sempet bimbang, mengingat mahalnya biaya dan terhambat izin orang tua terkait komposisi peserta. Tapi saya nekatin aja, gapapalah. Itung-itung latihan buat saya yang cupu ini buat berani jalan-jalan sama orang yang ga dikenal (ga semuanya sih...hehe).

Enough with the background...

Paket trip ini dimulai dari tanggal 16 Agustus 2014 dengan meeting point di Surabaya. Awalnya saya mau naik kereta, tapi eh ternyata gak ada kereta ekonomi dari Jogja yang nyampenya pagi di Surabaya. Sempet kepikiran buat nginep semalem dulu di Surabaya, itung-itung mbolang sendirian dulu. Pas tahu meeting point-nya di terminal bungurasih, saya pun urung naik kereta. Singkat cerita jadilah saya ikut rombongan mas Bayu dkk dari Jogja. Kami berangkat tanggal 15 Agustus malem naik bus patas EKA.

Dasar saya yang dudul sih, saya cuma kenal mas Bayu di rombongan ini. Janjian sama dia di terminal Giwangan cuma tempatnya doang, ga pake waktu. Karena dikasih tahu mau naik bus jam 9, estimasi saya kalo saya dateng jam 8 ke terminal ga kepagian banget lah yaa. Nyampe terminal baru deh buka sms beliau yang ngasih tahu kumpul jam 20.30. Oke, no problem lah pikir saya. Gak lama kok nunggunya. Tapi kok yaa, ditunggu sampe waktunya orangnya ga nongol pula. Saya dikasih nomor orang lain yang bakal ikut dan katanya udah di terminal. Saya sms gak bales juga itu orang. Jam 21.00 baru deh beliau dateng, bersamaan dg balasan temannya.

Begitu kami berempat (ternyata berempat bro...kirain cuma bertiga) ngumpul, kami pun langsung naik bus EKA yang tersedia. Ternyata dua orang lainnya ga asing banget buat saya, dulu kami bareng di kepanitiaan PALAPA 2012, mas Budi dan Oscar. Kami berangkat dari Jogja sekitar jam 10 malem, mampir makan di Ngawi jam 1 pagi. Oiya, lupak mau cerita ini jugak. Hanya dua hari sebelum berangkat, saya kena alergi yang suspectnya alergi ayam. Saya sempet panik pas belum tahu itu alergi apa, karena kalo belom ketahuan juga sampe hari H dan sewaktu-waktu muncul kan repot. Nah, pas masih menduga, di hari Jum'at itu saya ngindarin ayam, pas di Ngawi saya lupak kalo saya lagi puasa ayam. Dari sekian pilihan menu makanan yang dikasih, saya milih soto ayam. Pft, dan seperti yang sudah bisa diperkirakan, muncullah itu reaksi alergi gak lama setelah bus kami jalan lagi menuju Surabaya. Alhamdulillah udah jadi apoteker, persediaan cetirizin dan metilprednisolon buat si alergi tanpa ragu saya minum. Hehehe. Biasanya cuma saya kasih Tendercare-nya Oriflame, tapi berhubung itu di jalan dan susah makenya, saya kasih aja obat minum. Alhamdulillah, paginya pas nyampe Surabaya reaksi alerginya udah sembuh.

Kami nyampe Surabaya jam 6 pagi, dimana artinya bus kami lumayan lambat kali itu. Sambil nunggu kendaraan yang akan membawa kami ke Bromo, kami bersih-bersih dan sarapan. Di momen inilah saya pertama kali dapet "teguran" dari Allah melalui mas Budi. Di sela obrolan kami, sempet ditanyain beliau rencana saya ke depan mau ngapain setelah selesai profesi. Saya dengan entengnya menjawab mau "jalan-jalan hore aja mas, nikmatin waktu nganggur." Eh, ditanya lagi, "Apa mau begitu aja kedepannya? Rencana yang kira-kira kasih manfaat buat orang lain apa?". Asli, saya dalam hati makjleb banget waktu itu. Udah lama gak ditanyain begitu sama orang di sekitar saya, ini tiba-tiba ditanya sama orang yang masih cukup asing buat saya. Saya gak tersinggung, malah bersyukur banget. Inshaa allah, setelah trip ini, saya jadi "terbangun" dari kenyamanan saya setelah menyelesaikan amanah belajar dari orang tua. :)

Bapak supir kendaraan kami ini on time banget, beneran sekitar jam 8 udah stand by buat kami dan siap berangkat menuju Bromo. Perjalanan dari Surabaya ke Bromo cukup lama, sekitar 4 jam.Rombongan ini terdiri dari 11 orang (berasa mau main bola), saya, mbak Rise, mbak Monik, mas Bayu, mas Budi, mas Pram, mas Rivan, Oscar, Amor, Fahmi, dan Graha. Saya banyak diem sih di rombongan ini, berhubung saya aslinya emang cukup kalem dan suka mengamati orang baru dan suasana baru. Hehehe. Tapi overall sepuluh orang ini seru, kocak abis orang-orangnya, bahkan gila. Dan untuk ukuran saya, mereka gak cuma kocak dan gila, tapi keren. (Jangan ge er ya mbak, mas...)

Aktivitas mereka saat ini dan pekerjaan mereka membuat saya kembali merasa diingatkan, boleh menikmati waktu menganggur ini, tapi harus jadi pengangguran yang banyak acara dan banyak manfaat. Gak boleh kalah sama mereka yang udah berkarya dan bekerja. Saya nggak tahu apakah mereka bersedia saya ceritain detail aktivitas mereka saat ini di blog saya, tapi saya kasih sedikit gambarannya yaa. Di rombongan ini ada Google Ambassador Indonesia, ada pegawai BUMN yang jadi inceran anak teknik, ada penulis, ada desainer grafis, ada calon dosen (apa udah dosen yaa?), ada yg udah berkegiatan di United Nation (saya kurang tahu apa persisnya), ada yang karyawan perusahaan asing, dan saya yang masih mahasiswa tingkat akhir banget. hehe. Saya seneng sih, dengerin mereka pada ngobrol. Karena selain obrolan yang gila dan kocak, ada beberapa wawasan baru yang saya dapet. Saya jadi termotivasi untuk segera berkarya juga. :)

Balik ke perjalanan kami...

Kami nyampe homestay jam 1an, setelah mencari homestay dg jarak 250m dari balai dusun yang harusnya balai desa. (-_-) Homestaynya cukup nyaman, ada Wi-Fi-nya pulak :D (gaul bet dah ini homestay).
Balqis Homestay, Sociotraveler and Ibuk Yuni (dokumentasi Sociotraveler)
Kegiatan pertama kami adalah "nengokin" anak KKN UGM di Bromo. Acara nya sekedar sharing dari orang-orang keren yang saya sebutin di atas seputar KKN mereka. Habis itu, kami balik ke homestay buat gladi resik upacara besok pagi. Jujur aja saya sendiri agak sangsi pas gladi resik ini, habis kami banyak banget ketawa dan ndagel buat besok. Hahaha. Bayangin aja, kami bersebelas, ditambah satu anak KKN jadi berdua belas, berencana ngadain upacara dimana petugas upacaranya lebih banyak daripada pesertanya. Kami berharap bisa ngajakin wisatawan dan warga sekitar pas di puncak nanti buat ikutan jadi peserta upacara. Tapi gak ada yang tahu sampai itu terjadi kan? ;)

Kebayang betapa "serius"nya gladi ini? XD (dokumentasi Sociotraveler)
Selesai gladi resik kami langsung istirahat. Saya dan mbak-mbak sih, yang cowok-cowok masih pada rame bahas entah apa. Kami janjian bangun jam 2 pagi, biar bisa ngeliat sunrise di penanjakan pagi harinya. Dan semua itu hanyalah sekedar rencana. Jam setengah tiga saya bangun, belum ada yang bangun satu pun (-_-). Jadilah kami cabs dari homestay agak kesiangan dari yang direncanakan. Dan nyampe penanjakan, rame bangeeet. Masih harus jalan sekitar 3km buat nyampe tempat nonton sunrisenya. Kami sholat subuh ditengah perjalanan kaki menuju penanjakan, dan saya kehabisan napas kawan. Hehehe. Dasar gendut dan ga pernah olahraga gini, sok-sokan kuat jalan dan akhirnya naik ojek juga ke atasnya. Karena saya yang terakhir nyampe mushola dan terakhir sholat, jadilah rombongan kami kepecah, saya bareng mas Bayu dan mas Rivan.

Nyampe penanjakan, sunrise udah tinggi, dan saking ramenya kami susah nyari rombongan yang lain. Saya ngikutin aja dua mas-mas itu, dan ampun ternyata dua orang ini narsisnya. (-_-). Kirain cowok asal jepret sebentar udahan, dua orang ini sampe nyari tiga spot yang berbeda, dan ketika kami udah ketemu rombongan lain buat balik pun, mereka berdua  masih mau foto pake kamera Fahmi yang kamera bagus. Saya pribadi lebih suka menikmati dan mengabadikan momen itu melalui mata saya sebenernya. Saya suka ngelamun dan manjain mata saya sama pemandangan lama-lama. Jadi begitu kami ketemu rombongan lain, saya langsung ikut mbak Monik, mba Rise, dan Jaka buat turun.

Nyampe jeep, masiiih aja ada yang ketinggalan. Hahaha. Dan ternyata mas Pram yang ketinggalan ini malah yang pertama turun menepati janji kami sama bapak supir jeep buat turun jam 6. Hehehe. Ini foto kece kami pas abis turun dari penanjakan. Dan saya berhasil turun tanpa ojek! (oposih, mi)
(dokumentasi Sociotraveler)
Berhubung udah agak siang, kami langsung meluncur menuju Bromo dan bersiap buat upacara. Setelah semua siap, langsung aja gitu kami mulai. Pada awalnya cuma kami dan serombongan keluarga yang upacara. Ini nih, cuma segini awalnya.
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-69 ketika dimulai (dokumentasi Sociotraveler)
Saya sebagai penjuru megang bendera di ujung, sepanjang upacara ga bisa tengok belakang jadi berapa peserta kami. Setelah bubar dan mas Pram bilang grogi pas baca doa karena kaget pesertanya jadi banyak, barulah saya tahu bahwa peserta upacara kami terus bertambah hingga barisan yang cukup banyak ke belakang.
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-69 setelah beberapa saat (dokumentasi Sociotraveler)
Sebelum tahu peserta upacaranya jadi sebegitu banyak, saya sudah merasa sangat bersyukur dan terharu sepanjang jalannya upacara. Hormat kepada sang merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mendengarkan Proklamasi dibacakan, menggaungkan lima sila Pancasila, mendengarkan amanat pembina upacara, menunduk memanjatkan doa untuk bangsa tercinta, :') How wonderful and amazing it feels, :') Ini upacara saya setelah lima tahun kuliah gak pernah upacara. Apalagi ditambah ini Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-69, di Bromo, salah satu tempat dimana langit terasa lebih dekat. :')

Selesai upacara, kami yang masih larut dalam kepuasan kesuksesan upacara 17an ala Sociotraveler, melanjutkan perjalanan menuju Bukit Teletubies yang baru dinamai Bukit Teletubies setelah ada tayangan Teletubies di tipi. (:p) Hal yang membuat trip ini aneh adalah kami gak ada yang naik buat liat kawah gunung Bromo habis upacara, padahal ini judulnya trip Bromo Merah Putih. Hahaha. Kalo di bukit Teletubies, kebanyakan acaranya foto-foto sih, sama mas-mas pada asik nyobain nyupir jeep.
"Smileeee :)" (dokumentasi Sociotraveler)
Lanjut dari bukit teletubies, sambil pulang kami mampir ke pasir berbisik. Lagi-lagi kami yang gagal paham dimana bisikan si pasir ini, akhirnya memutuskan buat foto lompat. Berhubung sebagian besar gak ahli banget dalam foto lompat, setelah tujuh kali percobaan kami menyerah. :D Hasilnya not bad lah. :)
"Let's Jump!" (dokumentasi Sociotraveler)
Udah capek foto lompat kami balik ke homestay dan berkemas untuk pulang. Setelah pergi dari homestay ini tujuan kami berbeda-beda, ada yang harus segera balik Jogja karena mau nerima penghargaan rektor pas upacara maba dan urusan pekerjaan, ada yang mau stay nan santai di Surabaya dulu sebelum balik ke rutinitas, ada yang stay di Surabaya buat pekerjaan. Saya? Saya jalan-jalan dulu sama salah satu sahabat saya yang sekarang lagi makaryo di Surabaya. Ditraktir sate klopo yang enyaaaaak, dan ngobrol ngalor ngidul bertukar cerita yang terlewatkan selama kami tidak bersua (bahasanya, maap). Kenyang makan sate dan curcol, saya balik Jogja naik bus EKA lagi. Nyampe Jogja subuh, dan paginya langsung bantuin saudara pindahan kos. tapi itu lain cerita. :)
Sate Klopo Ondomohen (intisari-online.com)
Akhir cerita, saya pengen mengungkapkan bahwa saya merasa sangat bersyukur diberi kesempatan sama Allah untuk menginjakkan kaki di Bromo, upacara 17an, dan bertemu orang-orang hebat seperti mereka, para Sociotraveler dan sahabat saya. Semoga ini menjadi awal untuk saya lebih berani melangkahkan kaki, menjelajah pelosok negeri untuk melihat, mendengar, dan merasakan setiap jenis kehidupan yang tersaji. Di awal perjalanan ini perasaan saya campur aduk antara cemas dan takut, perjalanan ini tidak sesuai ekspektasi saya. Tidak sesuai memang, tapi lebih melebihi ekspektasi saya. Pun dengan biaya yang cukup mahal untuk ukuran saya sebagai mahasiswa tingkat akhir banget alias pengangguran, saya akhirnya mengerti itulah harga yang saya keluarkan untuk mengalami perjalanan yang luar biasa ini. Bahkan yang saya alami ini tidak bisa dibandingkan dengan nominal uang semata.

Terima kasih mas Bayu, mas Budi, Fahmi, Amor, Oscar, Graha, mas Rivan, mas Pram, mba Rise, dan mba Monik atas inspirasi dan "alarm"nya untuk saya. Semoga bisa bertemu di perjalanan lain. :) Terima kasih juga buat Danang, sahabat saya yang lagi mengejar mimpi dan targetnya, yang bela-belain membelah Surabaya demi saya yang masih cupu ini. :)

"Pada akhirnya, suatu perjalanan akan selalu memberikan sebuah pelajaran. Akan engkau ambil atau tidak itu terserah padamu, si pelancong kehidupan."

Yogyakarta, 20 Agustus 2014
Sekar Tyas Hutami
Traveler Pemula
Sociotraveler edisi Bromo Merah Putih, 17 Agustus 2014 (dokumentasi Sociotraveler)